Gambar Sampul Bahasa Indonesia · o_Bab 15 Hikayat
Bahasa Indonesia · o_Bab 15 Hikayat
Sunardi

24/08/2021 11:54:20

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Hikayat, Novel Zaman Bahari

185

Sebelum mengenal huruf, kita sudah dapat menciptakan karya sastra yang

cukup bermutu. Salah satu di antaranya adalah hikayat. Secara harfiah hikayat

berarti cerita panjang. Bahkan, adakalanya di dalam hikayat terdapat cerita lain

yang diceritakan oleh salah seorang pelakunya. Kini, cerita serupa itu disebut

cerita berbingkai yang isi ceritanya beragam. Bahasanya tentu saja pada masa

itu yaitu bahasa Melayu kuno. Melalui pelajaran ini Anda dapat mempelajari apa

dan bagaimana hikayat itu.

Pelajaran 15

Hikayat, Novel Zaman

Bahari

Kemampuan Bersastra

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

186

A. Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mengidentifikasikasi penokohan, dialog,

dan latar dalam pementasan drama.

Menonton Drama

Pada pertunjukan yang berbasis drama, penonton tidak hanya mendengar suara atau

mengikuti alur cerita (

plot

) melalui dialog, tetapi juga dapat melihat gerak-gerik (

acting

) mereka

dalam latar (

setting

) tertentu. Sebuah latar, selain memberi warna lokal pada alur, juga berfungsi

memperkuat watak pelaku-pelakunya. Cerita yang bermain di ruang tamu, misalnya, tentu

berbeda dengan yang di istana. Begitu pula cerita yang berlatar perang, tentu berbeda dengan

cerita berlatar wisata.

Uji Kompetensi 15.1

Penggalan berikut mestinya didengarkan, bukan dibaca. Penulisannya disesuaikan dengan

apa yang terdengar, tidak ada huruf besar dan huruf kecil. Walalupun begitu, penggalan berikut

ada pelaku dan dialog dalam latar tempat, waktu, dan dalam latar situasi tertentu. Untuk

memahami lebih jauh, kerjakanlah soal-soal berikut!

1.

Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah dialog berikut dilakukan?

laki-laki 1

:

hai siapa kalian

laki-laki 2

:

saya juga akan bertanya begitu kepada anda

laki-laki 1

:

kami datang kemari karena suatu hal yang sangat penting

laki-laki 2

:

dan kami datang kemari hanya secara kebetulan

laki-laki 1

:

oh

laki-laki 2

:

anda terkejut mendapati kami berada di sini pada tengah malam begini

laki-laki 1

:

ya saya terkejut sekali

laki-laki 2

:

ya kami tidak bertujuan kemari tapi tadi kami ketinggalan kereta api yang

lain dan harus menunggu di sini sampai kereta api berikutnya datang

laki-laki 1

:

tapi sudah tidak ada kereta api lagi

Maidar G. Arsyad dkk.,

Materi Pokok Kesustraan II

2. Tontonlah sebuah drama atau sinetron di layar TV secara berkelompok! Catat stasiun TV

yang menayangkannya, hari, tanggal, jam tayang, tokoh-tokohnya, latar tempat, latar waktu,

latar situasi, dan ringkasan ceritanya. Kemudian, tuliskan apa yang Anda temukan itu ke

dalam bentuk laporan!

Hikayat, Novel Zaman Bahari

187

B. Berbicara

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menceritakan kembali secara lisan narasi

yang berasal dari cerita pendek atau novel yang pernah dibaca.

Menceritakan Kembali Prosa Naratif

Anda pernah menceritakan kembali prosa naratif di depan kelas, bukan? Apa yang Anda

lakukan sebelum bercerita? Tentu saja Anda harus membaca ceritanya lebih dahulu,

memahami jalan ceritanya, menyajikannya dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang

menarik.

Uji Kompetensi 15.2

Bacalah cerita berikut, kemudian ceritakan kembali isinya!

Kisah Pelayaran Abdullah

Sebermula adalah tatkala sahaya berjalan itu, sahaya melihat pada segenap pohon

buluh itu bersenggayutan sarang burung tempua. Barang siapa yang membaca hikayatku

ini, jikalau hendak mengetahui akan hal burung tempua itu, adalah ia itu sungguhpun

tubuhnya kecil, tetapi suatu burung pun tiada yang terlebih pandai membaiki sarangnya

seperti dia itu. Adalah diperbuatnya sarangnya itu dari pada daun buluh itu, dikoyak-

koyaknya hampir seperti rambut halusnya, dirajutnya lagi dengan teguhnya. Jikalau

setahun pun turun hujan, tiada akan telut ke dalamnya. Jikalau direndamkan dalam air

sekalipun, tiada boleh masuk air. Kemudian maka pintunya itu dibuatnya dari sebelah

bawah, dalamnya itu ada pula biliknya bersekat, tempat ia tidur. Adalah hal burung itu

pada malam dicarikannya kelip-kelip, dibubuhkannya dalam biliknya itu. Sebab ia takut

kelip-kelip itu terbang, dibubuhkan dalam biliknya itu. Sebab ia dari atasnya, supaya

kelip-kelip itu tiada boleh terbang, itulah menjadi pelitanya. Demikianlah kepandaiannya

binatang itu membuat sarangnya, istimewa kita manusia ini yang berakal adanya.

Daripada hal yang demikianlah dijadikan oleh orang Hindu dalam kitabnya yang

bernama Syinda Mani suatu perumpamaan akan burung itu, katanya: tiada berguna

pengajaran yang baik kepada orang yang jahat. Demikianlah asalnya hikayat itu.

Dari C. Hooykaas,

Perintis Sastera

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

188

C. Membaca

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mendeskripsikan relevansi hikayat dengan

kehidupan sekarang.

Membaca Hikayat

Kata

hikayat,

dari bahasa Arab, berarti cerita, kisah, atau dongeng. Hikayat umumnya

berkisah tentang kehidupan di seputar istana (

istana sentris

). Ada yang khayali (

Hikayat Si

Miskin

), ada yang relevan dengan sejarah (

Hikayat Raja-raja Pasai

), dan ada biografi (

Hikayat

Abdullah).

Uji Kompetensi 15.3

1. Salah satu hikayat yang mengisahkan cerita khayali adalah

Hikayat Bahtiar

. Hikayat ini

berasal dari Persia

Bahtiar Nameh

atau

Kisah Sepuluh Wazir.

Hikayat Bahtiar

termasuk

cerita berbingkai. Di dalamnya terdapat beberapa cerita lain yang dikisahkan oleh salah

seorang pelakunya. Berikut disajikan penggalan bingkainya. Bacalah!

Hikayat Bahtiar

Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya daripada segala raja-raja. Syahdan

maka baginda pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baik parasnya, gilang-

gemilang dan sikapnya pun sederhana.

Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat Allah subhanahu wa ta’ala, maka

baginda pun hilanglah kembali ke rahmatullah. Arkian maka anakda baginda pun

tinggalah dua bersaudara. Setelah demikian, maka mufakatlah segala menteri dan

hulubalang dan orang kaya-kaya dan orang besar-besar menjadikan anakda baginda

yang tuha itu raja, menggantikan ayahanda baginda.

Setelah sudah naik di atas tahta kerajaan dan berapa lamanya, maka berpikirlah

saudaranya, katanya, “Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja,

bahwasanya aku ini tiadalah menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku

menyuruh memanggil segala perdana menteri dan hulubalang dan orang besar-

besar dan orang kaya-kaya sekaliannya.”

Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina

sekaliannya, maka baginda pun bertitah, “Hai segala menteri dan hulubalang dan

orang besar-besar dan orang kaya-kaya dan tuan-tuan sekaliannya, pada bicaraku

ini jikalau kakanda selama-lamanya menjadi raja di dalam negeri ini bahwa aku pun

tiadalah menjadi raja selama-lamanya, melainkan marilah kita langgar dan kita

keluarkan akan kakanda supaya negeri ini terserah kepadaku.”

Hikayat, Novel Zaman Bahari

189

Setelah sekalian menteri dan hulubalang dan punggawa dan orang besar-besar

dan orang kaya-kaya dan rakyat sekaliannya itu mendengar titah yang demikian

itu, maka mereka itu pun berdatang sembahlah, “Ya, Tuanku Syah Alam, adapun

pada pendapat akal patik sekalian ini, meskipun paduka kakanda menjadi raja ini,

serasa tuanku juga. Jika tuanku kabulkan sembah patik sekalian ini, maka baiklah

tuanku mufakat dengan paduka kakanda supaya sempurna negeri tuanku, karena

paduka kakanda itu pun sangat baik dan barang kelakukan dan pekerti paduka

kakanda pun baik. Di dalam pada itu pun lebih maklum ke bawah duli tuanku Syah

Alam juga.”

Setelah demikian sembah mereka sekalian itu, maka baginda pun berpikirlah

di dalam hatinya katanya, “Benarlah seperti kata menteri sekalian ini dan siapatah

lagi kudengar katanya?”

Setelah sudah berkata demikian di dalam hatinya maka baginda pun masuklah

ke dalam istananya. Maka sekalian mereka itu pun masing-masing pulang ke

rumahnya.

Hatta maka berapa lamanya, maka kedengaranlah kepada baginda tuha

wartanya itu. Maka ia pun berpikirlah di dalam hatinya katanya, “Tiada berkenan

rupanya saudaraku ini akan daku. Jikalau ia hendak jadi raja, masakan dilarangkan

dia, niscaya akulah yang merajakan dia. Tetapi apatah akan daya aku ini karena

aku tuha. Jikalau demikian, naiklah aku pergi membuangkan diriku barang ke mana

membawa untungku ini.”

Setelah sudah ia berpikir demikian itu, seketika maka hari pun malamlah. Maka

baginda pun sembahyanglah. Setelah sudah, maka ia pun lalulah masuk ke dalam

tempat peraduan hampir isterinya, seraya bertitah kepada isterinya, “Hai, adinda,

adapun akan hamba ini sangatlah bencinya saudara hamba akan hamba. Maka

oleh karena itu, maka hamba hendak pergi membuangkan diri barang ke mana

ditakdirkan Allah ta’ala. Maka tinggallah tuan hamba baik-baik memeliharakan diri

tuan hamba.” Maka bercucuranlah air mata baginda.

M.G. Emeis,

Bunga Rampai Melaju Kuno

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan penggalan hikayat di atas!

a. Siapakah tokoh yang dominan pada penggalan di atas?

b. Pada penggalan di atas adik kandung raja berniat menggulingkan kekuasaan

kakandanya. Agar niatnya tercapai, ia minta masukan dari menteri, hulubalang, orang

kaya-kaya, dan orang besar-besar. Ini mengejutkan. Tentu ia memiliki alasan yang

kuat. Mengapa ia berbuat demikian?

c. Setelah mendengarkan masukan dari pembesar-pembesar kerajaan, adik kandung

baginda berkata, “Benarlah seperti kata menteri sekalian ini dan siapatah lagi kudengar

katanya?” Apa maksud pernyataan itu?

d. Bagaimana sikap baginda mendengar rencana makar yang akan dilakukan adik

kandungnya?

e. Pada penggalan tersebut setidaknya ada tiga macam perilaku mulia, yaitu perilaku

adik kandung baginda, perilaku pembesar-pembesar kerajaan, dan perilaku baginda.

Bagaimanakah perilaku mereka?

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

190

D. Menulis

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menulis cerita pendek berkenaan dengan

kehidupan seseorang dengan sudut pandang orang ketiga.

Menulis Cerpen

Pada pelajaran terdahulu Anda telah belajar menulis cerpen. Nah, ketika itu, Anda tidak

menyusun informasi, tetapi menyusun cerita. Ada di antara Anda yang menyusun dari sudut

pandang orang pertama dengan gaya

aku-an.

Ada pula yang menyusun dari sudut pandang

orang ketiga dengan gaya

dia-an.

Masih ingat, bukan?

Agar ceritanya menarik, apa yang harus Anda lakukan? Pertama, tentukan topik ceritanya.

Kedua, susun kerangka ceritanya. Ketiga, kembangkan kerangka menjadi cerita sebenarnya,

dan keempat, sunting ejaan, kalimat, dan jalan ceritanya agar menjadi lebih enak dinikmati.

Perkara judul, jangan hiraukan. Judul tidak harus dibuat sebelum karangan dirancang.

Sesudah karangan selesai pun, judul dapat Anda berikan.

Uji Kompetensi 15.4

Susunlah sebuah cerita pendek dari sudut pandang orang ketiga! Tema, topik, alur cerita,

latar cerita, gaya Anda bercerita, dan lain-lain bebas!

E. Ada Apa dalam Sastra Kita

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mengaplikasikan komponen kesastraan

teks naratif untuk menelaah teks naratif.

Menelaah Karya Sastra Naratif

Termasuk karya sastra naratif adalah cerpen, novel, dan hikayat. Padanya terdapat

komponen intrinsik yang dominan, seperti (1) tokoh yang diceritakan dengan pewatakannya

masing-masing, (2) alur cerita (

plot

), (3) latar (tempat, waktu, dan situasi) cerita (

setting

), (4)

sudut pandang pengarang (

point of view

), (5) gaya bercerita, (6) tema, dan (7) amanat.

Hikayat, Novel Zaman Bahari

191

Uji Kompetensi 15.5

1. Bacalah penggalan

Hikayat Si Miskin

berikut!

Ini hikayat ceritera orang dahulu kala. Sekali peristiwa Allah subhanahu wa

taala menunjukkan kekayaannya kepada hambanya, maka adalah seorang miskin

laki bini berjalan mencari rezekinya berkeliling negeri Antah Berantah. Adapun nama

raja di dalam negeri itu Maharaja Indera Dewa namanya, terlalu amat besar kerajaan

baginda itu, beberapa raja-raja di tanah dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar

upeti kepada baginda pada tiap-tiap tahun.

Hatta maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadap oleh segala raja-

raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian ada di penghadapan, maka Si Miskin itu

pun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak Si Miskin laki

bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya, maka orang banyak itu

pun ramailah ia tertawa, serta mengambil kayu dan batu, maka dilemparnyalah

akan Si Miskin itu, kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka

segala tubuhnya pun berlumur dengan darah, maka orang pun gemparlah.

Maka titah baginda, “Apakah yang gempar di luar?”

Sembah segala raja-raja itu, “Ya, Tuanku Syah Alam, orang melempar Si Miskin,

Tuanku.”

Maka titah baginda, “Suruh usir jauh-jauh.”

Maka diusirlah akan Si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan, maka orang

banyak itu pun kembalilah. Maka hari pun malamlah, maka baginda pun berangkatlah

masuk ke dalam istana itu, maka segala raja-raja dan menteri, hulubalang rakyat

sekalian itu pun masing-masing pulang ke rumahnya.

M.G. Emeis,

Bunga Rampai Melaju Kuno

, “Hikayat Si Miskin”.

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan penggalan hikayat tersebut?

a. Dari hikayat manakah penggalan tersebut dikutip? Siapakah pengarangnya?

b. Bagian awal hikayat terdapat pernyataan

Ini hikayat orang dahulu kala

. Apa maksud

pernyataan itu?

c. Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah kisah tersebut diceritakan?

d. Berapakah jumlah kata

hatta, maka

dan konstruksi

pun ... lah

yang terdapat pada

penggalan hikayat tersebut?

e. Dari jawaban di atas, tentu Anda dapat mengambil kesimpulan mengenai ciri-ciri hikayat.

Bagaimanakah ciri-cirinya?

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

192

○○○○○○○○○

Rangkuman

1. Pada pertunjukan drama, penonton tidak hanya menikmati alur ceritanya (

plot

),

tetapi juga gerak-geriknya (

acting

) dalam latar (

setting

) tertentu. Sebuah latar, selain

memberi warna lokal, juga memperkuat watak pelaku-pelakunya.

2. Menceritakan kembali prosa naratif di depan kelas sudah sering dilakukan. Agar

mudah diikuti pendengar, sebelum bercerita, Anda harus memahami jalan ceritanya.

3. Membaca hikayat berarti mengikuti jalan ceritanya. Untuk itu, Anda harus memahami

makna kata-katanya, struktur kalimatnya, serta jalan pikiran masyarakat pada masa

hikayat dibuat.

4. Menulis cerpen memerlukan kreativias. Pengarang harus dapat menyajikan peristiwa

sederhana menjadi cerita menarik. Untuk itu, beberapa langkah yang perlu ditempuh

adalah (1) menentukan topik, (2) menyusun kerangka cerita, (3) mengembangkan

kerangka menjadi cerita, dan (4) menyunting cerita menjadi lebih enak dinikmati.

5. Kata

hikayat,

dari bahasa Arab, berarti

cerita, kisah,

atau

dongeng

. Hikayat umumnya

berkisah tentang kehidupan tokoh-tokoh di seputar istana (

istana sentris

). Ada yang

khayali (

Hikayat Si Miskin

), ada yang relevan dengan sejarah (

Hikayat Raja-raja

Pasai

), dan ada pula yang berisi biografi (

Hikayat Abdullah).

Pengarang hikayat

umumnya tidak dikenal (

anonim

). Ciri khas hikayat terletak pada bahasa dan isinya.

Dalam hikayat banyak ditemukan

kata sahibul hikayat, syahdan, arkian, hatta,

dan

maka

. Struktur kalimatnya, banyak menggunakan bentuk

pun...lah;

masing-masing

pada subjek dan predikat. Ada hikayat yang digolongkan sebagai cerita berbingkai.

Di dalamnya terdapat cerita yang dikisahkan oleh salah seorang pelakunya.

Evaluasi

1. Penggalan drama berikut ditulis sesuai dengan yang terdengar. Dialog-dialognya ditulis

tanpa huruf besar, bahkan tanpa tanda baca. Siapa sajakah pelakunya? Di mana, kapan,

dan dalam situasi bagaimanakah kisah ini terjadi?

laki-laki 1 : hari mulai gelap

laki-laki 2 : nah tiba di sini kita sekarang panglima

laki-laki 1 : sang raja hutan di wilayah makah ini

laki-laki 2 : kita berada di luar batas watonmas.

laki-laki 1 : di wilayah pusat pemerintahan prabu darmawangsa

laki-laki 2 : begitulah kau terkejut

laki-laki 1 : penduduk sekitar daerah ini tentu dapat mengetahui kita orang asing mereka

akan berpendapat bahwa kita adalah musuh dan lalu lapor pada penguasa

Maidar G. Arsyad dkk.,

Materi Pokok Kesustraan II

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Hikayat, Novel Zaman Bahari

193

2. Sebutkanlah ciri-ciri hikayat!

3. Ceritakan kembali hikayat berikut dalam bahasa kita masa kini!

Adapun akan Si Miskin itu apabila malam, ia pun tidurlah di dalam hutan. Setelah

siang hari maka ia pun pergi berjalan masuk kampung ke dalam negeri mencari rezekinya.

Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang yang empunya

kampung itu melihat akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu. Maka Si Miskin itu pun

larilah ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu si Miskin datang, maka

masing-masing pun datang. Ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan

kayu. Maka Si Miskin pun larilah tunggang-langgang, tubuhnya habis berlumur dengan

darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan tersangat lapar

dahaganya seperti akan matilah rasanya.

M.G. Emeis,

Bunga Rampai Melaju Kuno

, “Hikayat Si Miskin”.

4. Sebutkan pelaku, perwatakannya, dan latar pada penggalan hikayat berikut!

Sekali peristiwa pada suatu hari maka kata Hang Tuah, “Hai, saudaraku keempat,

dapatkah kita ini lima bersaudara melayarkan sebuah perahu lading, supaya kita pergi

merantau mencari makan barang ke mana?”

Maka kata Hang Jebat dan Hang Kasturi, “Mengapatah maka tiada dapat kita lima

bersaudara ini melayarkan sebuah perahu?”

Maka sahut Hang Tuah, “Jika demikian, baiklah. Ada perahu bapa beta, sebuah lading,

lengkap dengan layarnya. Mari kita turun dengan beras bekal barang sepuluh gantang pada

seorang juga.”

Maka kata Hang Jebat dan Hang Kasturi, “Marilah kita pulang, kita berlengkap.”

M.G. Emeis,

Bunga Rampai Melaju Kuno

5. Jelaskan komponen narasi yang terdapat dalam penggalan hikayat berikut!

Sekali peristiwa adalah kepada suatu masa, konon ada seorang saudagar terlalu

amat kaya, duduk di dalam satu kampung dengan bersuka-sukaan makan minum pada

tiap-tiap hari. Ada dekat dengan kampungnya itu sebuah rumah miskin duduk dua laki

bini.

Pada suatu hari perempuan si miskin itu bercakap-cakap dengan seorang daripada

teman saudagar itu, katanya, “Aku makan ini manakala tuan saudagar itu bermasak rendang

tumis menggulai petai baru aku memakan, dapat mencium bau segala rendang tumis

gulai petai tuan saudagar itu. Kuatlah aku memakan. Jadi sebab itu gemuk sudah aku

memakan ini. Begitulah adat aku makan pada tiap-tiap kali hendak makan, nanti berbau

rendang tumis tuan saudagar baru makan”

C. Hooykaas,

“Hikayat Pelanduk Jadi Hakim,”

Perintis Sastra

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

194

Refleksi

Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban

Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat

keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.

Tabel Penguasaan Materi

Skor

Tingkat Penguasaan Materi

85 – 100

Baik sekali

70 – 84

Baik

60 – 69

Cukup

< 60

Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang

berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi

pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.